An interview with a Dog Park fanatic

I had trouble figuring out who to interview in regard to dogs In Fort Collins. I was going to ask someone with the city on rules regarding dogs on leashes, waste, etc. but figured it would be a…

Smartphone

独家优惠奖金 100% 高达 1 BTC + 180 免费旋转




Jendela Etgar Keret

diterjemahkan dari tulisan Etgar Keret dalam seri “what writers from around the world see from their windows” di The Paris Review

Gambar dari WIndows of New York

Tempat paling nyaman yang pernah kukunjungi untuk menulis adalah di MacDowell. Studioku di sana dikelilingi oleh hutan bersalju yang indah, dan menengok ke luar jendela, seringnya aku bisa melihat rusa. Selama residensiku, ada seorang teman datang berkunjung. Setelah ngebir bareng, ia bertanya, “Ada banyak keindahan di sekelilingmu, tapi aku bisa melihat dari sudut di mana komputermu ditempatkan bahwa ketika kau menulis, semua yang bisa kau lihat cuma toilet. Kenapa begitu?”

Jawabannya sederhana. Ketika aku menulis, apa yang kulihat di sekelilingku hanyalah lanskap ceritaku. Aku baru bisa menikmati yang sungguhan ketika aku selesai. Dalam tradisi keluarga Keret, ruang menulisku selalu spot paling tak diinginkan di apartemen kami, suatu tempat yang hanya orang yang sibuk menulis bisa tahan di situ. Saat ini spot itu adalah sebuah meja besi kecil, ditempatkan di antara ruang keluarga dan dapur. Ketika aku berhenti menulis, aku dapat melihat di seberang jalan, sebuah pohon besar indah yang diduga ditanam enam puluh tahun lalu oleh salah satu penyair anak terbaik Israel, juga kekacauan menyenangkan yang anakku dan aku tinggalkan di balkon sehari sebelumnya, tetapi ini hanya sebentar, sepanjang waktu aku hanya memeriksa cerita-ceritaku yang biasanya lebih berantakan ketimbang lantai balkon.

Catatan Penerjemah

The Paris Review punya kolom menarik yang membahasa tentang makna jendela bagi penulis-penulis di berbagai penjuru dunia. Saya membaca beberapa dan tertarik pada perbedaan Zambra dan Keret — hanya dua nama ini yang saya akrabi di kolom itu — dalam memaknai jendela. Keret tak begitu peduli pada pemandangan, ia cenderung menciptakan dunianya sendiri ketika menulis. Sebaliknya, Zambra banyak merasa akan menulis buku yang berbeda jika pemandangan jendelanya berbeda. Tapi, saya rasa, pernyataan Zambra memberi titik temu pada keduanya, yakni melihat ke luar jendela ketika tidak menulis, yang lebih tampak seperti menghabiskan waktu saja, termasuk proses yang diperlukan dalam kerja kepenulisan. Singkatnya, nggak usah nulis terus-terusan bung, refresing lah~

Add a comment

Related posts:

Ruins of the old world

I have an urge to explore the old cities. I’m ready. My grandfather would teach me a skill and once having mastered it, he’d ask me for a better way of doing it. He always said it was best to be lazy…