Did I cheat?

Her lantern light dimmed when a gentle breeze dragged branches and leaves, this way and that, crossing our path. She knelt, her hands clasped, praying. Her ghostly, naked figure, gorgeous through a…

Smartphone

独家优惠奖金 100% 高达 1 BTC + 180 免费旋转




Maaf

Suara motor yang tiba di area parkir membuat Jenandra keluar dari kamarnya. Itu pasti Bentala dan teman-temannya karena Johan telah mengabari Jenan bahwa mereka sebentar lagi sampai.

Jenan langsung menghampiri mereka, lebih tepatnya ia hendak menghampiri Tala dan meminta maaf atas perbuatannya tadi. Ia perlu menjelaskan yang sebenarnya terjadi.

Saat Tala sudah memasuki area indekos, Jenan memegang tangan Tala. Perbuatannya itu membuat Johan, Danis, dan Yogis terkejut.

“Ta, aku minta maaf. Aku gak bermaksud ngomong kaya gitu ke kamu tadi. Aku kira itu bukan telfon dari kamu, aku-”

“Ini nasi goreng titipan lo, dimakan dulu.” Tala memotong ucapan Jenan dan menyerahkan makanan yang ada di tangan kanannya.

“Aku mohon dengerin penjelasan aku dulu, Ta.”

Tala terlihat tidak berminat mendengar penjelasan apapun dari Jenan. Ia terus berjalan ke arah kamarnya diikuti oleh Jenan yang masih memegang Tala. Ketiga teman mereka menatap mereka bingung dengan kejadian yang sedang terjadi.

Kesalahan apa yang sudah Andra lakukan?

Permasalahan apa yang terjadi di antara mereka?

Sejak kapan mereka dekat?

“Gue mau masuk, mending lo makan dulu biar gak keburu dingin.” ucap Tala di depan pintu kamarnya.

“Gak, gak bisa, Ta. Aku harus jelasin semuanya dulu biar kamu gak salah paham.”

Tala menghembuskan napasnya. Jenandra pasti akan bersikeras memohon padanya sampai ia mau mendengarkan penjelasan mantan kekasihnya itu. Ia tidak mau membuat kegaduhan di indekos mereka, terutama ketiga temannya pasti terkejut melihat kejadian ini.

“Kita ngobrol di dalem aja.”

Tala pun mengajak Jenandra untuk masuk ke kamarnya.

“Pas tadi rapat ada yang telfon aku terus-terusan pake nomor gak dikenal. Tiap aku angkat dia gak ngomong apa-apa dan itu bikin aku kesel. Apalagi tadi aku lagi hectic banget ngurus problem acara yang tiba-tiba muncul. Harusnya aku blokir nomornya dari awal,”

Jenandra mulai menjelaskan kejadian yang sebenarnya kepada Tala ketika ia duduk di kursi yang ada di sana atas perintah Tala.

“Waktu kamu nelfon posisinya aku baru sampe kos, aku ngerasa capek banget, nada dering telfon gak berhenti-berhenti aku terima. Aku bisa aja silent hape aku atau simpen di tas aku, tapi aku gak bisa mikirin itu tadi. Aku sibuk debat sama pihak kampus yang tiba-tiba mau pake gedung yang dari awal udah disetujui buat kita pake buat acara organisasi,”

“Karena udah kesel banget aku angkat telfon yang aku kira dari nomor yang gak dikenal buat terakhir kalinya, sebelum aku blokir nomor itu, tapi ternyata yang nelfon aku itu kamu, Ta. Aku minta maaf, aku beneran gak tau kalo itu kamu. Aku juga belum liat chat dari kamu tadi. Aku tau aku salah dan aku gak membenarkan perbuatan aku sama sekali. Aku bener-bener minta maaf, Ta.”

Tala mendudukkan dirinya di pinggir kasur setelah sedari tadi berdiri mendengarkan ucapan Jenan.

“Jujur aku kaget, apalagi sampe dianjing-anjingin kaya tadi. Aku kira kamu masih sibuk ngurus organisasi sampe kamu suruh aku stop hubungin kamu, tapi harus ya sekasar itu?”

“Aku gak bermaksud kaya gitu, Ta.”

“Iya, sekarang aku paham. Kamu kesulut emosi apalagi lagi cape banget. Aku juga minta maaf udah telfon kamu. Aku masih gak nyangka aja kamu kaya gitu, Je. Emang omongan itu ditujukan buat orang yang udah isengin kamu, tapi aku rasa kamu gak perlu sekasar itu. Untung aku yang telfon kamu, kalo orang lain?”

Ucapan Tala benar, seharusnya Jenandra tidak mengucapkan kalimat kasar tadi sekalipun kepada orang yang sudah mengganggunya.

Ia pasti sudah membuat Tala takut dan terkejut.

Jenandra menghampiri Tala yang masih duduk di pinggir kasur. Ia raih kedua tangan Tala dan berlutut di depan mantan kekasihnya.

“Sekali lagi aku minta maaf sama kamu ya, Ta. Aku bakal berusaha buat gak ngelakuin hal kaya tadi lagi ke siapapun. Maaf udah bikin kamu takut.”

Tala mengangguk memberikan jawaban.

“Iya, jangan diulangin ya, Je. Sekarang mending kamu makan dulu, nasi gorengnya keburu dingin.”

Add a comment

Related posts:

Democracy is Too Strong Says Biden to the Warsaw Crowd

Aday after his unexpected visit to war-hit Ukraine, US President Joe Biden arrived in Poland on Tuesday. Tending to a group in Warsaw, Biden said that Russian President Vladimir Putin thought he was…

Positive Reflection

The Amal journey started 2 months and 2 weeks ago. We enjoyed this journey a lot and learnt lots of soft and hard skills including Leadership, Teamwork, Problem solving, Excel, PowerPoint etc…

I AM NOT A FEMINIST

I work in an organisation where once you are female, it is assumed that you are automatically a gender advocate and a feminist for that matter. So I always have to remind my colleagues that I am not…